Halaman

Februari 01, 2011

Mengubah Mindset Karyawan Menjadi Pengusaha



Menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur sukses memang butuh proses yang tidaklah instan, bisa jadi waktunya cukup panjang. Banyak hal-hal baru yang bisa jadi tidak diduga sebelumnya, yang muncul ketika kita terjun langsung kedalam dunia bisnis. Orang bilang bisnis itu ya Untung, ya Rugi. Bisnis itu penuh resiko, klo kita gak pintar, jangan berbisnis, bisa-bisa bukan “Untung” tetapi “Buntung”. Hal inilah yang membuat sebagian besar orang pada akhirnya tidak berani mengambil resiko, untuk meraih kesuksesannya dengan berbisnis. Apalagi jika melihat pola pikir masyarakat di Indonesia yang sampai saat ini masih sangat terpaku dengan mimpi mereka menjadi seorang karyawan di perusahaan bonafit, atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang bisa memberikan jaminan kecukupan di hari tua. Apakah mimpi Anda juga hanya sebatas itu?

Teramat sayang jika mimpi besar Anda hanya menjadi seorang karyawan, ada pepatah mengatakan “ Gantungkan cita-citamu setinggi langit” bukan gantungkan cita-citamu setinggi eternit!!! Biasakan tidak membatasi pola pikir Anda dengan cita-cita kecil (setinggi eternit) sebagai karyawan saja, namun ubah mindset Anda untuk memiliki mimpi besar (setinggi langit) dengan menjadi pengusaha.

Lalu, bagaimana caranya mengubah mindset karyawan menjadi pengusaha? Tentu ini bukan pekerjaan mudah, karena pola pikir kita sejak dulu sudah dibentuk untuk menjadi seorang karyawan. Orang tua mana yang tidak bangga bila anak-anaknya bekerja di perusahaan bonafit, atau di instansi pemerintahan, sehingga secara otomatis pola pikir kita mulai terbentuk untuk menjadi seorang pegawai. Belum lagi instansi pendidikan di negara kita yang masih minim memberikan ilmu tentang kewirausahaan, sehingga mindset entrepreneur kita masih sangat kurang.
Padahal dalam memulai usaha dibutuhkan dua faktor penting, yang pertama skill dan yang kedua adalah mindset entrepreneur. Dari faktor itulah, mengapa adanya mindset entrepreneur sangatlah penting dalam menjalankan bisnis. Sebab dengan mindset entrepreneur, seseorang akan termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan.

Cara mudah untuk membentuk mindset entrepreneur bisa dilakukan dengan beberapa tahapan berikut. Pertama, lihatlah potensi diri Anda. Buat daftar potensi yang Anda punya, kemudian kembangkan semua potensi yang ada, untuk menciptakan inovasi baru. Kedua, belajarlah dari kisah para pengusaha sukses yang sudah berhasil mengembangkan bisnisnya dari nol. Dengan begitu Anda akan terinspirasi dan termotivasi untuk mengikuti jejak kesuksesan mereka dalam menjalankan bisnis. Ketiga, ikuti pelatihan, seminar atau sharing bisnis yang bisa membantu Anda mengetahui segala kelebihan dan kekurangan sumber daya, yang bisa Anda jadikan sebagai prospek bisnis. Bila perlu, lakukan kunjungan langsung untuk melihat proses operasional sebuah usaha. Dan yang paling utama dari ketiga langkah tersebut adalah Anda harus tetap “Action!”, karena tanpa action, maka mimpi kita tentu tidaklah akan menjadi sebuah kenyataan.

Semoga tips motivasi bisnis untuk pekan ini bisa membantu Anda untuk mengubah pola pikir dari mimpi kecil, menjadi mindset entreprenenur dengan mimpi yang besar. Sebab, dengan skill yang mendukung dan pola pikir yang kuat, Andapun bisa menjadi seorang entrepreneur sukses. Yakinkan diri Anda untuk berani mengambil resiko, dan cobalah untuk memanfaatkan segala peluang usaha di sekitar Anda. Selamat mencoba dan salam sukses.

CEO klik-informasi
semoga menginspirasi

Muhammad Munawir
087838388714

http://rahasiawebsitepemula.com/?id=kursus
http://clickbank-id.com/?id=pebisnisonline 
http://rahasiapanas.com/?id=FORUMKOMUNIKASI 
http://scriptgratis.org/?id=pebisnisonline

Lezatnya Nata De Soya, Mampu Selamatkan Lingkungan



whey-tahu22 
Pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang mengganggu kesehatan lingkungan. Khususnya pada musim kemarau. Selama ini air limbah tahu tersebut belum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar industri. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994).
Air limbah tahu masih mengandung bahan-bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975). Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimamfaatkan akan menguntungkan perajin tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya.
Limbah air tahu (whey tofu) selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Asetobacter sp termasuk bakteri Asetobacter xylinum. Asetobacter xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gelselulosa yang biasa dikenal dengan nata.
Dengan pertolongan bakteri tersebut (Asetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam subtrat air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media. Menurut hasil penelitian micorbial cellulose ini nata selain untuk makanan, sekarang (terutama di Jepang) telah dikembangkan untuk keperluan peralatan-peralatan yang berteknologi tinggi, misalnya untuk membran sound system.
Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari masyarakat merupakan alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu. Selama ini mereka hanya memproses kedelai menjadi tahu serta susu kedelai dan membuang seluruh limbah pabrik. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa limbah tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. padahal pemanfaatan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar industri dengan adanya industri UKM baru berupa pemanfaatan limbah tahu menjadi nata de soya.
Limbah tahu mempunyai peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik bila diolah menjadi produk pangan nato de soya. Oleh karena itu, pengembangan model usaha nata de soya perlu dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk membina pengusaha tahu dalam masyarakat di sekitar industri tahu dalam hubungannya dengan proses produksi, pengemasan dan pemasaran nata de soya.
Salah satu produk pangan asal air limbah tahu yang mempunyai prospek baik adalah pembuatan nata. Hal ini mengingat bahan pangan tersebut banyak digemari dan telah mampu mendapat pasaran baik di Indonesia maupun luar negri. Selama ini nata de coco telah merebut hati masyarakat tetapi sebagian besar belum mengetahui tentang produk nata yang berasal dan air limbah tahu yaitu nata de soya padahal produk ini mempunyai rasa yang lebih enak daripada nata de coco disamping kandungan selulosa dan proteinnya juga jauh lebih tinggi (Basrah Enie dan Supriatna, 1993; Lestari, 1994).
Nata de Soya merupakan alternatif pilihan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terasa langsung kerugiannya bagi manusia. Pembuatan Nata de Soya sama dengan Nata de Coco, bedanya hanya pada medianya yaitu limbah air kedelai dengan limbah air kelapa.
Pengertian nata de soya
Nata de Soya atau sari Nata kedelai adalah sejenis makanan dalam bentuk Nata, padat, putih dan transparan, merupakan makanan penyegar dan pencuci mulut, yang dapat dicampur dengan fruit coctail, es cream atau cukup ditambah sirup saja.
Nata de Soya dibentuk oleh bakteri “Acetobacter xylinum” yang merupakan bakteri asam asetat bersifat aerob, pada media cair dapat membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter, kenyal, putih dan lebih lembut dibanding Nata de Coco.
Cara pembuatan nata de soya
Teknologi pembuatan nata de soya cukup sederhana karena semua bahan baku
baik limbah tahu maupun enzimnya yaitu Asetobacter xylinum semuanya dapat
diperoleh dengan mudah.
Bahan:
  • 2 lt air tahu
  • Bahan A — 1,6 gr NPK
  1. 0,8 gr ZA
  2. 0,8 gr Asam sitrat
  3. 50 gram Gula pasir
  • Bahan B –5 ml Cuka glasial 96%
  • Bahan C — 10% Bibit Nata (Starter)
Cara Membuat:
  1. Saring air tahu.
  2. Masukkan Bahan A (NPK, ZA, Asam sitrat, Gula pasir) kedalam air tahu.
  3. Panaskan campuran di atas sampai mendidih — 5 menit.
  4. Masukkan  Bahan B (Cuka glasial), api dimatikan.
  5. Masukkan dalam wadah steril/bersih, tutup dengan kain/kertas koran.
  6. Setelah dingin masukkan Bahan C (Starter/bibit nata), campur hingga homogen.
  7. Simpan selama  1 – 2 minggu. Selama penyimpanan TIDAK BOLEH DIGOYANG, karena nata terbentuk akan mengendap dan akan terbentuk nata baru di permukaan lagi sehingga nata yang dihasilkan tidak kompak (berupa lapisan-lapisan tipis).
  8. Setelah 1 – 2 minggu nata yang terbentuk kira-kira setebal 2 – 3 cm diambil — Nata de Soya mentah.

Pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang mengganggu kesehatan lingkungan. Khususnya pada musim kemarau. Selama ini air limbah tahu tersebut belum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar industri. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994).
Air limbah tahu masih mengandung bahan-bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975). Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimamfaatkan akan menguntungkan perajin tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya.
Limbah air tahu (whey tofu) selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Asetobacter sp termasuk bakteri Asetobacter xylinum. Asetobacter xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gelselulosa yang biasa dikenal dengan nata.
Dengan pertolongan bakteri tersebut (Asetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam subtrat air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media. Menurut hasil penelitian micorbial cellulose ini nata selain untuk makanan, sekarang (terutama di Jepang) telah dikembangkan untuk keperluan peralatan-peralatan yang berteknologi tinggi, misalnya untuk membran sound system.
Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari masyarakat merupakan alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu. Selama ini mereka hanya memproses kedelai menjadi tahu serta susu kedelai dan membuang seluruh limbah pabrik. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa limbah tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. padahal pemanfaatan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar industri dengan adanya industri UKM baru berupa pemanfaatan limbah tahu menjadi nata de soya.
Limbah tahu mempunyai peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik bila diolah menjadi produk pangan nato de soya. Oleh karena itu, pengembangan model usaha nata de soya perlu dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk membina pengusaha tahu dalam masyarakat di sekitar industri tahu dalam hubungannya dengan proses produksi, pengemasan dan pemasaran nata de soya.
Salah satu produk pangan asal air limbah tahu yang mempunyai prospek baik adalah pembuatan nata. Hal ini mengingat bahan pangan tersebut banyak digemari dan telah mampu mendapat pasaran baik di Indonesia maupun luar negri. Selama ini nata de coco telah merebut hati masyarakat tetapi sebagian besar belum mengetahui tentang produk nata yang berasal dan air limbah tahu yaitu nata de soya padahal produk ini mempunyai rasa yang lebih enak daripada nata de coco disamping kandungan selulosa dan proteinnya juga jauh lebih tinggi (Basrah Enie dan Supriatna, 1993; Lestari, 1994).
Nata de Soya merupakan alternatif pilihan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terasa langsung kerugiannya bagi manusia. Pembuatan Nata de Soya sama dengan Nata de Coco, bedanya hanya pada medianya yaitu limbah air kedelai dengan limbah air kelapa.
Pengertian nata de soya
Nata de Soya atau sari Nata kedelai adalah sejenis makanan dalam bentuk Nata, padat, putih dan transparan, merupakan makanan penyegar dan pencuci mulut, yang dapat dicampur dengan fruit coctail, es cream atau cukup ditambah sirup saja.
Nata de Soya dibentuk oleh bakteri “Acetobacter xylinum” yang merupakan bakteri asam asetat bersifat aerob, pada media cair dapat membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter, kenyal, putih dan lebih lembut dibanding Nata de Coco.
Cara pembuatan nata de soya
Teknologi pembuatan nata de soya cukup sederhana karena semua bahan baku
baik limbah tahu maupun enzimnya yaitu Asetobacter xylinum semuanya dapat
diperoleh dengan mudah.
Bahan:
  • 2 lt air tahu
  • Bahan A — 1,6 gr NPK
  1. 0,8 gr ZA
  2. 0,8 gr Asam sitrat
  3. 50 gram Gula pasir
  • Bahan B –5 ml Cuka glasial 96%
  • Bahan C — 10% Bibit Nata (Starter)
Cara Membuat:
  1. Saring air tahu.
  2. Masukkan Bahan A (NPK, ZA, Asam sitrat, Gula pasir) kedalam air tahu.
  3. Panaskan campuran di atas sampai mendidih — 5 menit.
  4. Masukkan  Bahan B (Cuka glasial), api dimatikan.
  5. Masukkan dalam wadah steril/bersih, tutup dengan kain/kertas koran.
  6. Setelah dingin masukkan Bahan C (Starter/bibit nata), campur hingga homogen.
  7. Simpan selama  1 – 2 minggu. Selama penyimpanan TIDAK BOLEH DIGOYANG, karena nata terbentuk akan mengendap dan akan terbentuk nata baru di permukaan lagi sehingga nata yang dihasilkan tidak kompak (berupa lapisan-lapisan tipis).
  8. Setelah 1 – 2 minggu nata yang terbentuk kira-kira setebal 2 – 3 cm diambil — Nata de Soya mentah.

Pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang mengganggu kesehatan lingkungan. Khususnya pada musim kemarau. Selama ini air limbah tahu tersebut belum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar industri. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994).

Air limbah tahu masih mengandung bahan-bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975). Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimamfaatkan akan menguntungkan perajin tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya.

Limbah air tahu (whey tofu) selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Asetobacter sp termasuk bakteri Asetobacter xylinum. Asetobacter xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gelselulosa yang biasa dikenal dengan nata.

Dengan pertolongan bakteri tersebut (Asetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam subtrat air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media. Menurut hasil penelitian micorbial cellulose ini nata selain untuk makanan, sekarang (terutama di Jepang) telah dikembangkan untuk keperluan peralatan-peralatan yang berteknologi tinggi, misalnya untuk membran sound system.

Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari masyarakat merupakan alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu. Selama ini mereka hanya memproses kedelai menjadi tahu serta susu kedelai dan membuang seluruh limbah pabrik. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa limbah tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. padahal pemanfaatan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar industri dengan adanya industri UKM baru berupa pemanfaatan limbah tahu menjadi nata de soya.

Limbah tahu mempunyai peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik bila diolah menjadi produk pangan nato de soya. Oleh karena itu, pengembangan model usaha nata de soya perlu dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk membina pengusaha tahu dalam masyarakat di sekitar industri tahu dalam hubungannya dengan proses produksi, pengemasan dan pemasaran nata de soya.

Salah satu produk pangan asal air limbah tahu yang mempunyai prospek baik adalah pembuatan nata. Hal ini mengingat bahan pangan tersebut banyak digemari dan telah mampu mendapat pasaran baik di Indonesia maupun luar negri. Selama ini nata de coco telah merebut hati masyarakat tetapi sebagian besar belum mengetahui tentang produk nata yang berasal dan air limbah tahu yaitu nata de soya padahal produk ini mempunyai rasa yang lebih enak daripada nata de coco disamping kandungan selulosa dan proteinnya juga jauh lebih tinggi (Basrah Enie dan Supriatna, 1993; Lestari, 1994).

Nata de Soya merupakan alternatif pilihan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terasa langsung kerugiannya bagi manusia. Pembuatan Nata de Soya sama dengan Nata de Coco, bedanya hanya pada medianya yaitu limbah air kedelai dengan limbah air kelapa.

Pengertian nata de soya
Nata de Soya atau sari Nata kedelai adalah sejenis makanan dalam bentuk Nata, padat, putih dan transparan, merupakan makanan penyegar dan pencuci mulut, yang dapat dicampur dengan fruit coctail, es cream atau cukup ditambah sirup saja.
Nata de Soya dibentuk oleh bakteri “Acetobacter xylinum” yang merupakan bakteri asam asetat bersifat aerob, pada media cair dapat membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter, kenyal, putih dan lebih lembut dibanding Nata de Coco.

Cara pembuatan nata de soya
Teknologi pembuatan nata de soya cukup sederhana karena semua bahan baku
baik limbah tahu maupun enzimnya yaitu Asetobacter xylinum semuanya dapat
diperoleh dengan mudah.
Bahan:

    * 2 lt air tahu
    * Bahan A — 1,6 gr NPK

   1. 0,8 gr ZA
   2. 0,8 gr Asam sitrat
   3. 50 gram Gula pasir

    * Bahan B –5 ml Cuka glasial 96%
    * Bahan C — 10% Bibit Nata (Starter)

Cara Membuat:

   1. Saring air tahu.
   2. Masukkan Bahan A (NPK, ZA, Asam sitrat, Gula pasir) kedalam air tahu.
   3. Panaskan campuran di atas sampai mendidih — 5 menit.
   4. Masukkan  Bahan B (Cuka glasial), api dimatikan.
   5. Masukkan dalam wadah steril/bersih, tutup dengan kain/kertas koran.
   6. Setelah dingin masukkan Bahan C (Starter/bibit nata), campur hingga homogen.
   7. Simpan selama  1 – 2 minggu. Selama penyimpanan TIDAK BOLEH DIGOYANG, karena nata terbentuk akan mengendap dan akan terbentuk nata baru di permukaan lagi sehingga nata yang dihasilkan tidak kompak (berupa lapisan-lapisan tipis).
   8. Setelah 1 – 2 minggu nata yang terbentuk kira-kira setebal 2 – 3 cm diambil — Nata de Soya mentah.


CEO klik-informasi 

semoga menginspirasi 
Muhammad Munawir
087838388714 

Home Industri Mebel Bambu

Home Industri Mebel Bambu


Berbagai kekayaan alam di negeri ini merupakan potensi yang bisa dikembangkan sehingga memberikan keuntungan yang maksimal. Meskipun pada kondisi-kondisi tertentu keuntungan tersebut sulit diraih. Bambu, salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara tradisional maupun modern. Pemanfaatan secara tradisional pun bila dikemas dengan baik bisa diterima oleh jaman dimana semuanya serba modern. Salah satu produk yang barbahan baku bambu adalah furnitur, dari jaman dulu hingga sekarang produk ini masih diterima dengan baik oleh masyarakat bahkan oleh masyarakat internasional yang notabene merupakan masyarakat dengan peradaban modern.
Subiantoro, pemuda yang terlahir di daerah sentra industri bambu ini, pada tahun 1997 meneruskan usaha yang telah lama dirintis oleh pamannya. Karena terlahir di daerah sentra kerajinan, sudah sewajarnya apabila Subiantoro juga menekuni bidang ini.
Apalagi dia melihat bahwa prospek usaha kerajinan bambu ke depannya cukup bagus. Tekun Jaya Muda adalah nama usaha industri mebel bambu yang diusungnya saat ini.
Jenis produk yang dihasilkan antara lain mebel (1 set meja dan kursi), dipan, gazebo, rumah bambu dan aneka macam kerajinan bambu. Hanya saja produk utamanya adalah mebel, set meja dan kursi bambu.
Produk kerajinan lainnya sebagian besar merupakan setoran yang diambil dari pengrajin lain untuk dibantu dipasarkan. Rata-rata kapasitas produksinya dalam 1 bulan mencapai 25 set mebel diman 1 set mebel terdiri dari 1 meja dan 2 kursi.
Bahan baku utama adalah bambu, rotan dan plitur/vernis. Dalam sebulan kebutuhan akan bahan baku tersebut antara lain:
Bahan baku         Jumlah                             Harga

Bambu              3 truk(= 600 batang)/ bulan        Rp. 2.000.000,-/truk

Rotan              50 kg / bulan                      Rp.    20.000,-/kg

Plitur/vernis      10 kg/ bulan                       Rp.    30.000,-/kg
Bahan baku diperoleh dari Jogja dan kota sekitarnya, sedangkan rotan dan plitur (asal damar) diperoleh dari pedagang yang mendatangkan dari Kalimantan.
Saat ini Subiantoro dibantu oleh 12 orang tenaga kerja dimana masing-masing mempunyai tugas dan memperoleh fee tersendiri. Rinciannya sebagai berikut :
Jenis Pekerjaan                    Jumlah     Sistem Fee    Jumlah

Tukang (membuat

kerangka dan merakit)              5 orang    Borongan      Rp 45.000/set
Pasang rotan dan membuat           5 Orang    Borongan      Rp 20.000-50.000/set

anyaman (sebagai sandaran tergantung ukuran dan dan dudukan) model

Plitur/vernis                      1 orang    Harian        Rp 25.000-30.000/hari
Proses Produksi
Proses membuat mebel bambu, pertama kali adalah menentukan model dan ukurannya. Bahan baku bambu kemudian dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan, bila kondisi panas terik membutuhkan waktu 1 minggu untuk pengeringan. Setelah kering, bambu dipotong sesuai dengan ukuran dan model yang telah ditentukan.
Potongan-potongan bambu tersebut dirakit sebagai kerangka mebel dengan cara dipaku atau diikat. Agar terlihat indah, bagian sambungan tersebut dibalut dengan rotan. Setelah kerangka terbentuk, dibuat sandaran dan dudukan pada masing-masing kerangka yang sudah terbentuk.
Apabila model dudukan dan sandaran mempunyai motif, maka dilakukan pengukiran pada dudukan dan sandaran tersebut. Selanjutnya proses finishing, dimana mebel diamplas dan kemudian divernis.
Dari sekian banyak pengrajin yang ada di daerah tersebut, Tekun Jaya Muda termasuk pengrajin yang cukup lama usianya. Hasil produksinya lebih halus, rapi dan lebih kokoh.

Wilayah Pemasaran
Saat ini, wilayah pasarnya terbagi menjadi 3 yaitu lokal Jogja, luar Jogja dan luar negri. Untuk pasar dalam negri, penjualan per bulan mencapai lebih dari 60 set yang terdiri dari 15 set untuk penjualan lokal Jogja dan sisanya luar Jogja seperti Magelang, Karawang dan Kalimantan.
Harga jual mebel bambu untuk pasaran dalam negeri antara Rp300.000,- – Rp700.000,- /set. Sedangkan penjualan untuk pasar luar negri yang sebagian besar pembeli dari Belanda, menurut Subiantoro, dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Penjualan terakhir tahun ini hanya 10 set mebel senilai Rp10 juta.
Dengan semakin banyaknya pengrajin bambu, persaingan dalam pemasaran cukup tinggi meski masih dalam tingkatan fair. Kondisi modal yang terbatas menyulitkan untuk penetrasi pasar dan pengembangan pasar baru.
Saat ini, Subintoro memiliki cabang di Magelang dan Karawang yang keduanya merupakan kerjasama dengan pihak lain dalam pemasaran. Sedangkan untuk cabang pemasaran di Kalimantan merupakan cabang miliknya sendiri yang dikelola oleh adiknya.
Rencana ke Depan
Rencana ke depannya, Subiantoro mencoba membuka cabang pemasaran baru di wilayah-wilayah yang belum terdapat kerajinan mebel bambu.
Jadi, bila wilayah anda belum ada usaha sejenis dan anda tertarik untuk memulainya, tidak perlu keahlian membuat kerajinan bambu. Cukup dengan sediakan tempat pejualan dan sedikit modal untuk penyediaan sampel.
Simulasi Usaha Home Industri Mebel Bambu
Pengeluaran

Bahan Baku

Bambu      : 3 truk x Rp.2.000.000                   = Rp.6.000.000
Rotan      : 50 kg x Rp.    20.000                   = Rp.1.000.000
Pernis     : 10 kg x Rp.    30.000                   = Rp.  300.000

Jumlah                                               = Rp.7.300.000

Tenaga Kerja
Tukang kerangka  : 35 set x Rp. 45.000               = Rp. 1.575.000

Tukang Rotan     : 35 set x Rp. 30.000               = Rp. 1.050.000

Tukang pernis    : 30 hari x Rp. 25.000              = Rp.   750.000

Jumlah                                               = Rp. 3.375.000

Total Pengeluaran: Rp.7.300.000 + Rp. 3.375.000      =Rp. 10.675.000

Pendapatan

Penjualan mebel dalam Negeri: 25 set x Rp. 500.000   =Rp. 12.500.000

Penjualan mebel Luar Negeri  : 10 set x Rp. 1.000.000=Rp. 10.000.000

Jumlah                                               = Rp.22.500.000

Keuntungan   : Rp. 22.500.000  - Rp. 10.675.000      = Rp.11.825.000
Informasi Terkait:

(Sumber : Tim Bisnis UKM)


CEO klik-informasi

semoga menginspirasi
Muhammad Munawir
087838388714

http://rahasiawebsitepemula.com/?id=kursus 

Lowongan Kerja Teknik

  •  LOWONGAN KERJA PHP DEVELOPER 2011 TERBARU
     
    Lowongan di Jawa TimurJobStreet.co.id/LowongandiJawaTimur
    Melamar Lowongan Kerja dari Perusahaan Terkemuka sekarang !
  • Bursa Lokerwww.berniaga.com
    Cari/Pasang Iklan Lowongan Kerja Temukan Posisi impianmu sekarang!
  • internet cirebonwww.pijarnet.com
    internet service provider Cirebon wireless - broadband - fiber optic
  • KTA CitiFinancialCitibank.co.ID/CitiFinancial
    Pinjaman Cepat & Mudah Siap 1 Jam Tanpa Agunan. Apply Sekarang!


CEO klik-informasi
semoga menginspirasi

Muhammad Munawir
087838388714